Di mata kawanan orang jahat, rekan / kawan jahatnya yang berhasil berbuat kejahatan besar, akan dipuji dan dikatakan sebagai hebat, dan memberinya penghormatan karena telah membuat “prestasi” besar.
Orang
jahat, menurut Sang Buddha, ibarat “orang buta”, yang tidak mampu membedakan
mana yang buruk dan mana yang baik, mana yang terpuji dan mana yang tercela.
Anda
tahu, bagaimana sejarah cikal-bakal praktik jahat semacam PESUGIHAN?
PESUGIHAN, bukanlah WHITE MAGIC, namun BLACK MAGIC. Atas dasar apakah?
Pada
dasarnya, orangtua yang bersekutu dengan dukun jahat yang memakai jin-jin yang
dulunya adalah manusia-manusia jahat sehingga meninggal dunia dan terlahir
kembali dalam wujud jin, dilandasi oleh “sarat kepentingan pribadi” alias “EGO
PRIBADI”.
Sang
orangtua yang hendak menumbalkan anaknya sendiri, dilandasi motif mendapat
kekayaan melimpah, kemasyuran, kekuatan, dan sebagainya. Adapun sang dukun,
mendapat keuntungan finansial dari orangtua “gila” yang justru bersekutu dengan
dukun dan jin jahat untuk mencelakai anak kandungnya sendiri. Sementara bagi
san jin, nafsu jahatnya bisa terlampiaskan dan terpuaskan.
Bila
kita tarik sejarah, praktik jahat-kotor-tercela-hina-busuk-buruk bernama
PESUGIHAN, mendapat legitimasinya dalam “Kitab DOSA” sumber “Agama DOSA”,
dimana dogma-dogma itulah yang dipakai oleh para dukun jahat untuk meyakinkan
orangtua EGOISTIK agar mau menumbalkan anak kandungnya sendiri—serta melabelnya
sebagai “HALAL LIFESTYLE”.
Lantas,
apa motif dibalik perbuatan Abraham / Ibrahim menyembelih Ismail / Ishaq, anak
kandungnya sendiri?
Adapun
motivasi sang ayah yang tega menyembelih leher anak kandungnya sendiri, ialah
demi “EGO pribadi” sang ayah—yakni obsesi untuk menggauli dan meniduri puluhan
bidadari berdada montok yang selaput dara-nya dapat didaur ulang di Kerajaan
Allah:
Surah
Ash Shaffat ayat 100 - 111.
(100)
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang
yang saleh”.
(101)
Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.
[Ini kok, pakai istilah “KAMI”? Katanya firman dari Tuhan.]
(102)
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang sabar”.
(103)
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas
pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya).
(104)
Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim,
(105)
susungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-orang berbuat baik. [ini
yang disebut “KAMI”, siapa?]
(106)
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
(107)
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. [Kok
muncul lagi, istilah “KAMI”?]
(108)
Kami abadikan Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang yang
dating kemudian.
(109)
(yaitu) “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim”.
(111)
Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. [“KAMI”,
bukankah katanya tiada Tuhan lain selain Allah?]
Alkitab,
kisah pengorbanan Ishak atas perintah Allah kepada Abraham (Ibrahim) tercatat
dengan eksplisit dalam Kitab Kejadian, (Alkitab) 22:1-3.
(1)
Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: “Abraham,”
lalu sahutnya: “Ya, Tuhan.”
(2)
Firman-Nya: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak,
pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran
pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.”
(3)
Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan
memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu
untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang
dikatakan Allah kepadanya.
Babi,
HARAM.
Menumbalkan
anak, HALAL.
PENGHAPUSAN
DOSA, HALAL.
Itu
ajaran “Kitab SUCI” sumber “Agama SUCI” ataukah “Kitab DOSA” sumber dari “Agama
DOSA”?
Ayah
yang baik, akan memilih untuk berani MASUK NERAKA dan menyerahkan nyawanya
sendiri, untuk ditukar demi keselamatan dan demi hidup sang anak.
Sang
Buddha bersabda: [dikutip dari Dhammapada dan Angguttara Nikaya]
316.
Barangsiapa malu terhadap hal tak memalukan, tidak malu terhadap hal memalukan;
mereka yang memegang pandangan keliru itu akan menuju ke alam sengsara.
317.
Juga, barangsiapa takut terhadap hal tak menakutkan, tidak takut terhadap hal
menakutkan; mereka yang memegang pandangan keliru itu akan menuju ke alam
sengsara.
318.
Barangsiapa menganggap tercela terhadap hal tak tercela, menganggap tak tercela
terhadap hal tercela; mereka yang memegang pandangan keliru itu akan menuju ke
alam sengsara.
319.
Sebaliknya, barangsiapa menyadari hal tercela sebagai yang tercela, menyadari
hal tak tercela sebagai yang tak tercela; mereka yang memegang pandangan benar
itu akan menuju ke alam bahagia.
~0~
“Para
bhikkhu, ada empat jenis orang ini terdapat di dunia. Apakah empat ini? Orang
yang mengikuti arus; orang yang melawan arus; orang yang kokoh dalam pikiran;
dan orang yang telah menyeberang dan sampai di seberang, sang brahmana yang
berdiri di atas daratan yang tinggi.
(1)
“Dan apakah orang yang mengikuti arus? Di sini, seseorang menikmati kenikmatan
indria dan melakukan perbuatan-perbuatan buruk. Ini disebut orang yang
mengikuti arus.
(2)
“Dan apakah orang yang melawan arus? Di sini, seseorang tidak menikmati
kenikmatan indria atau melakukan perbuatan-perbuatan buruk. Bahkan dengan
kesakitan dan kesedihan, menangis dengan wajah basah oleh air mata, ia
menjalani kehidupan spiritual yang lengkap dan murni. Ini disebut orang yang
melawan arus.
~0~
“Para
bhikkhu, dengan memiliki lima kualitas, seseorang ditempatkan di neraka
seolah-olah dibawa ke sana. Apakah lima ini?
(1)
Tanpa menyelidiki dan tanpa memeriksa, ia memuji seorang yang layak dicela.
(2)
Tanpa menyelidiki dan tanpa memeriksa, ia mencela seorang yang layak dipuji.
~0~
“Para
bhikkhu, dengan memiliki lima kualitas, seorang bhikkhu tuan rumah ditempatkan
di surga seolah-olah dibawa ke sana. Apakah lima ini?
(1)
Setelah menyelidiki dan setelah memeriksa, ia mencela seorang yang layak
dicela.
(2)
Setelah menyelidiki dan setelah memeriksa, ia memuji seorang yang layak dipuji.
Anda
tidak punya hak untuk berkomentar apapun, bila Anda bukanlah kalangan korban
PESUGIHAN dari orangtua “gila”, dari dukun jahat, dan dari jin jahat yang
bersekutu dengan Allah—toh, katanya segala sesuatunya terjadi karena seizin,
kuasa, rencana, dan kehendak Tuhan.
Perang
melawan orangtua “gila”, dukun jahat, dan jin jahat, sama artinya perang
melawan Allah, dan itulah jalan yang selama ini saya tempuh. Berkat kekuatan
Sang Buddha dan kekuatan Dhamma, saya berlindung pada Karma-Karma Baik yang selama
ini saya tanam sendiri sebagai “benteng / pulau pelindung diri”.