Sekalipun tidak
bertanggung-jawab terhadap korban-korban yang telah pernah ia sakiti, lukai,
maupun rugikan,
Tetap saja si tukang mimpi tersebut
berdelusi akan masuk surga.
Sekalipun sudah banyak
menipu,
Tetap saja si pemimpi ini yakin akan masuk alam surgawi setelah kematiannya.
Sekalipun sudah tidak
terhitung lagi ucapan bohong penuh dusta yang pernah ia katakan semasa hidupnya,
Tetap saja si penghayal ini
percaya penuh percaya diri akan dimasukkan ke surga.
Sekalipun sesama anak bangsa
saling merugikan, menyakiti, ataupun melukai,
Tetap saja merasa berhak
memohon agar diberkahi kesehatan, kemakmuran, serta penuh rezeki.
Sekalipun sesama anak bangsa
saling memakan satu sama lainnya,
Tetap saja mereka sibuk
mengurusi urusan internal negara lain.
Sekalipun menjadi pendosa
yang tidak berani bertanggung-jawab sama artinya dengan pengecut,
Tetap saja si
pendosa-pengecut ini merasa yakin akan dihapus dosa-dosanya.
Sekalipun tidak suka
dimanipulasi maupun diperdaya,
Tetap saja si pendosa merasa
berhak memanipulasi dan memperdaya orang lain.
Sekalipun keberatan dijadikan
korban kejahatan,
Tetap saja si dungu ini
merasa berhak mengorbankan orang lain dengan sikap jahat.
Sekalipun gemar merampas hak-hak
orang lain,
Tetap saja si tukang rampas
ini merasa berhak untuk tidak dirampas hak-haknya.
Sekalipun berkedok agama
suci,
Tetap saja misi misionarisnya
ialah menggunakan kekerasan fisik untuk menyelesaikan setiap masalah.
Sekalipun sesumbar bahwa ini
dan itu adalah dosa,
Tetap saja si pendosa ini
rajin memproduksi dosa agar dapat menikmati iming-iming ideologi korup bernama
penghapusan dosa.
Sekalipun menyerukan bahwa Tuhan
Maha Adil,
Tetap saja digambarkan bahwa Tuhan
lebih PRO terhadap pendosa ketimbang korban-korban dari para pendosa tersebut.
Sekalipun secara sok moralis
mengumandangkan perang terhadap dosa dan maksiat,
Namun tetap saja
mempromosikan dan mengkampanyekan gaya hidup halal-lifestyle yang bernama
PENGHAPUSAN DOSA.
Sekalipun klaim-nya ialah mengharamkan
dosa dan maksiat,
Namun tetap saja PENGHAPUSAN
DOSA di-halal-kan.
Sekalipun hanya seorang pendosa
yang butuh penghapusan dosa,
Tetap saja si agamais ini
menjadi pecandu berat ideologi penghapusan dosa.
Sekalipun kompromistik terhadap
dosa dan maksiat dengan menjadi pecandu berat ideologi penghapusan dosa,
Tetap saja intoleran terhadap
kaum yang berbeda keyakinan dan merasa berwenang menjadi “polisi moral” yang
tidak bermoral.
Sekalipun mengaku ber-Tuhan dan
bermulut besar mengenai Tuhan dan Agama,
Tetap saja jauh dari gaya
hidup higienis dari dosa.
Sekalipun mengakunya sebagai
umat dari agama yang paling suci,
Tetap saja pengecut karena tidak
berani berjiwa ksatria dengan bertanggung-jawab terhadap korban-korban yang
telah pernah ia lukai, sakiti, maupun rugikan.
Sekalipun akal sehat
menyatakan bahwa berbuat dosa adalah kotor dan tercela,
Tetap saja si jahat merasa
beruntung ketika berhasil berbuat kejahatan.
Sekalipun mengklaim sebagai pemeluk
dari agama yang paling superior di muka Bumi,
Tetap saja pemalas karena
tidak ingin merepotkan diri menanam benih-benih karma baik untuk dituai sendiri
di kemudian hari.
Sekalipun semua orang sanggup
menjadi penyembah dan penjilat rajin yang lalim,
Tetap saja mereka yang
menjadi budak sembah-sujud merasa paling superior di dunia manusia.
Sekalipun dirinya penuh
kekotoran batin,
Tetap saja para agamais
tersebut lebih sibuk mengurusi keyakinan orang lain.
Sekalipun jelas bahwa untuk
memuliakan Tuhan hanyalah dengan cara menjadi manusia yang mulia,
Tetap saja para agamais tersebut
merasa bangga menjadi pendosawan yang tergila-gila pada ideologi penghapusan
dosa.
Sekalipun nyata-nyata hanya AGAMA
DOSA yang mengkampanyekan PENGHAPUSAN DOSA,
Tetap saja memakai sampul
buku KITAB “SUCI” yang menjadi sumber AGAMA “SUCI”.
Sekalipun bangsanya rata-rata
bersifat jahat dan memiliki watak tidak takut dosa,
Tetap saja berdelusi berhak
memohon kepada langit agar bangsanya dianugerahi kesejahteraan, kesuburan,
bebas dari bencana alam, serta sehat-sentosa.
Sekalipun adalah fakta bahwa
hidup adalah dukkha,
Tetap saja si dungu
memungkiri fakta tersebut dengan cara merampas hak-hak maupun kebahagiaan orang
lain.
Sekalipun merupakan realita
bahwa hidup adalah tidak memuaskan,
Tetap saja si pecundang
menjerumuskan dirinya ke dalam lembah kenikmatan duniawi yang menjerat.
Sekalipun kenyataannya bangsa
kita ber-IQ rendah,
Tetap saja bangsa kita merasa
memiliki SQ dan EQ tertinggi di dunia.
Sekalipun tenaga medis yang
kompeten menyatakan bahwa itu tidak sehat,
Tetap saja si konyol
memakannya dengan lahap dan melekat terhadapnya.
Sekalipun aurat terbesar
ialah berbuat jahat ataupun dosa,
Tetap saja si pendosa berkubang
dalam dosa dan tenggelam dalam dosa demi menjadi pemeluk ideologi penghapusan
dosa.
Sekalipun jelas-jelas bahwa
ideologi korup penghapusan dosa merusak “standar moralitas” umat manusia,
Tetap saja si idiot
mempromosikan dan mengkampanyekan AGAMA DOSA.
© Hak Cipta HERY SHIETRA.