Puisi tentang Bangsa Pemimpi yang Berdelusi

HERY SHIETRA Puisi tentang Bangsa Pemimpi yang Berdelusi

Sekalipun tidak bertanggung-jawab terhadap korban-korban yang telah pernah ia sakiti, lukai, maupun rugikan,

Tetap saja si tukang mimpi tersebut berdelusi akan masuk surga.

Sekalipun sudah banyak menipu,

Tetap saja si pemimpi ini yakin akan masuk alam surgawi setelah kematiannya.

Sekalipun sudah tidak terhitung lagi ucapan bohong penuh dusta yang pernah ia katakan semasa hidupnya,

Tetap saja si penghayal ini percaya penuh percaya diri akan dimasukkan ke surga.

Sekalipun sesama anak bangsa saling merugikan, menyakiti, ataupun melukai,

Tetap saja merasa berhak memohon agar diberkahi kesehatan, kemakmuran, serta penuh rezeki.

Sekalipun sesama anak bangsa saling memakan satu sama lainnya,

Tetap saja mereka sibuk mengurusi urusan internal negara lain.

Sekalipun menjadi pendosa yang tidak berani bertanggung-jawab sama artinya dengan pengecut,

Tetap saja si pendosa-pengecut ini merasa yakin akan dihapus dosa-dosanya.

Sekalipun tidak suka dimanipulasi maupun diperdaya,

Tetap saja si pendosa merasa berhak memanipulasi dan memperdaya orang lain.

Sekalipun keberatan dijadikan korban kejahatan,

Tetap saja si dungu ini merasa berhak mengorbankan orang lain dengan sikap jahat.

Sekalipun gemar merampas hak-hak orang lain,

Tetap saja si tukang rampas ini merasa berhak untuk tidak dirampas hak-haknya.

Sekalipun berkedok agama suci,

Tetap saja misi misionarisnya ialah menggunakan kekerasan fisik untuk menyelesaikan setiap masalah.

Sekalipun sesumbar bahwa ini dan itu adalah dosa,

Tetap saja si pendosa ini rajin memproduksi dosa agar dapat menikmati iming-iming ideologi korup bernama penghapusan dosa.

Sekalipun menyerukan bahwa Tuhan Maha Adil,

Tetap saja digambarkan bahwa Tuhan lebih PRO terhadap pendosa ketimbang korban-korban dari para pendosa tersebut.

Sekalipun secara sok moralis mengumandangkan perang terhadap dosa dan maksiat,

Namun tetap saja mempromosikan dan mengkampanyekan gaya hidup halal-lifestyle yang bernama PENGHAPUSAN DOSA.

Sekalipun klaim-nya ialah mengharamkan dosa dan maksiat,

Namun tetap saja PENGHAPUSAN DOSA di-halal-kan.

Sekalipun hanya seorang pendosa yang butuh penghapusan dosa,

Tetap saja si agamais ini menjadi pecandu berat ideologi penghapusan dosa.

Sekalipun kompromistik terhadap dosa dan maksiat dengan menjadi pecandu berat ideologi penghapusan dosa,

Tetap saja intoleran terhadap kaum yang berbeda keyakinan dan merasa berwenang menjadi “polisi moral” yang tidak bermoral.

Sekalipun mengaku ber-Tuhan dan bermulut besar mengenai Tuhan dan Agama,

Tetap saja jauh dari gaya hidup higienis dari dosa.

Sekalipun mengakunya sebagai umat dari agama yang paling suci,

Tetap saja pengecut karena tidak berani berjiwa ksatria dengan bertanggung-jawab terhadap korban-korban yang telah pernah ia lukai, sakiti, maupun rugikan.

Sekalipun akal sehat menyatakan bahwa berbuat dosa adalah kotor dan tercela,

Tetap saja si jahat merasa beruntung ketika berhasil berbuat kejahatan.

Sekalipun mengklaim sebagai pemeluk dari agama yang paling superior di muka Bumi,

Tetap saja pemalas karena tidak ingin merepotkan diri menanam benih-benih karma baik untuk dituai sendiri di kemudian hari.

Sekalipun semua orang sanggup menjadi penyembah dan penjilat rajin yang lalim,

Tetap saja mereka yang menjadi budak sembah-sujud merasa paling superior di dunia manusia.

Sekalipun dirinya penuh kekotoran batin,

Tetap saja para agamais tersebut lebih sibuk mengurusi keyakinan orang lain.

Sekalipun jelas bahwa untuk memuliakan Tuhan hanyalah dengan cara menjadi manusia yang mulia,

Tetap saja para agamais tersebut merasa bangga menjadi pendosawan yang tergila-gila pada ideologi penghapusan dosa.

Sekalipun nyata-nyata hanya AGAMA DOSA yang mengkampanyekan PENGHAPUSAN DOSA,

Tetap saja memakai sampul buku KITAB “SUCI” yang menjadi sumber AGAMA “SUCI”.

Sekalipun bangsanya rata-rata bersifat jahat dan memiliki watak tidak takut dosa,

Tetap saja berdelusi berhak memohon kepada langit agar bangsanya dianugerahi kesejahteraan, kesuburan, bebas dari bencana alam, serta sehat-sentosa.

Sekalipun adalah fakta bahwa hidup adalah dukkha,

Tetap saja si dungu memungkiri fakta tersebut dengan cara merampas hak-hak maupun kebahagiaan orang lain.

Sekalipun merupakan realita bahwa hidup adalah tidak memuaskan,

Tetap saja si pecundang menjerumuskan dirinya ke dalam lembah kenikmatan duniawi yang menjerat.

Sekalipun kenyataannya bangsa kita ber-IQ rendah,

Tetap saja bangsa kita merasa memiliki SQ dan EQ tertinggi di dunia.

Sekalipun tenaga medis yang kompeten menyatakan bahwa itu tidak sehat,

Tetap saja si konyol memakannya dengan lahap dan melekat terhadapnya.

Sekalipun aurat terbesar ialah berbuat jahat ataupun dosa,

Tetap saja si pendosa berkubang dalam dosa dan tenggelam dalam dosa demi menjadi pemeluk ideologi penghapusan dosa.

Sekalipun jelas-jelas bahwa ideologi korup penghapusan dosa merusak “standar moralitas” umat manusia,

Tetap saja si idiot mempromosikan dan mengkampanyekan AGAMA DOSA.

© Hak Cipta HERY SHIETRA.