When others treat us unfairly,
Then we also need to treat them unfairly.
It’s not because we want to be bad like them, those bad people,
But we become mirrors that simply reflect what other people have done to us.
If the person does not like being treated unfairly,
Why does he treat us unfairly?
If they want to be treated fairly,
But at the same time they themselves treat us unfairly,
That is what is meant by an egoistic mentality,
Which is reflected through the attitude of “want to win alone”.
That’s why,
We need to be unfair to them,
So that their unfair attitudes are not “one hand clapping”.
Injustice begets injustice,
So that they can reflect,
What is reflected in the mirror,
Nothing but the same actions as they do to others.
When we’re fair,
Meanwhile, other people are unfair to us,
That is what is called being fair which is “one hand clapping”,
Unhealthy fairness,
Where will only harm ourselves in the estuary.
When someone breaks his promise to us,
So do we have to stick to what we promised them, promises to keep?
When someone lies to us,
Then do they deserve to get honesty from others?
Lying begets honesty,
Lies which answered with our honesty,
That name is not educational and disproportionate in its place.
When someone violates the rules of playing chess while playing chess with
us,
So will you still insist on following the rules of playing the game on the
chessboard?
Obviously you will come out as the loser against those who do not respect
the existing rules of the game.
None of this is about being fair or unfair,
Evil or good,
Right or wrong,
Bent or straight,
Healthy or broken,
However, regarding the principle of reciprocity,
Which means mutual reciprocity.
People who are honest with us,
It is appropriate and deserves to be treated honestly.
It is the right of honest person,
That is treated honestly.
People who never hurt or harm others,
Will be angry when he is hurt or harmed by others,
Because they themselves have the right not to be hurt or harmed by other people.
There are two kinds of delusional person,
Namely those who after doing evil then hope to receive goodness or even be
put into the heavenly realms after their death,
As well as those who repay evil with good, in the hope that the evildoers
will stop their crimes against us.
Hence also,
Good people are not to be “easy prey”,
But to be preserved by being treated properly.
Good people have the right to be treated kindly by others.
Just like the Law of Karma,
Just neutral,
Neither good nor bad,
The law of Karma only pays a fair amount of retribution for the actions of
the perpetrators.
Where the Law of Karma is the “merit system” itself,
Who planted what
And who deserves what.
Say the Law of Karma does not provide “reward and punishment”,
But just giving a “reward”,
That is, the action is the same as the act of the doer himself,
Like a mirror reflection,
The evildoer will pick and be given a “reward” in the form of being treated
badly by other bad people.
“Rewards” will be given to those who deserve it,
Whether it’s a good deed or a bad deed.
So that,
All of this is not about being a bad person, like the bad people who do bad
things to us,
But being rational,
That is, to respond appropriately,
Towards what is rightfully given to them,
It’s no exception being fair to ourselves.
©
HERY SHIETRA Copyright.
Ketika orang lain
memperlakukan diri kita secara tidak adil,
Maka kita pun perlu
memperlakukan mereka secara tidak adil.
Itu bukanlah karena kita
hendak bersikap jahat seperti mereka, para orang jahat tersebut,
Namun kita menjadi cermin
yang sekadar memantulkan apa yang menjadi perbuatan orang lain tersebut
terhadap diri kita.
Bila orang tersebut tidak
suka diperlakukan secara tidak adil,
Mengapa ia memperlakukan kita
secara tidak adil?
Jika mereka ingin diperlakukan
secara adil,
Namun disaat bersamaan mereka
sendiri memperlakukan kita secara tidak adil,
Itulah yang dimaksud sebagai
mentalitas egoistik,
Yang dicerminkan lewat sikap “mau
menang sendiri”.
Karena itulah,
Kita perlu bersikap tidak
adil terhadap mereka,
Agar sikap-sikap tidak adil
mereka, tidak “bertepuk sebelah tangan”.
Ketidakadilan yang berbuah
ketidakadilan,
Agar mereka dapat bercermin,
Apa yang terpantul dari
cermin tersebut,
Tidak lain adalah perbuatan
yang sama seperti yang mereka perbuat terhadap orang lain.
Ketika kita bersikap adil,
Sementara itu orang lain
bersikap tidak adil terhadap diri kita,
Itulah yang disebut sebagai bersikap
adil yang “bertepuk sebelah tangan”,
Sikap adil yang tidak sehat,
DImana hanya akan merugikan
diri kita sendiri pada muaranya.
Ketika seseorang mengingkari
janjinya kepada kita,
Maka apakah kita harus tetap
pada apa yang telah kita janjikan kepada mereka, janji untuk kita tepati?
Ketka seseorang berdusta
kepada diri kita,
Maka apakah mereka layak
untuk mendapatkan kejujuran dari orang lain?
Dusta berbuah kejujuran,
Dusta yang dibalas dengan
kejujuran,
Itu namanya tidak mendidik
dan tidak proporsional pada tempatnya.
Ketika seseorang melanggar
aturan main catur saat bermain catur dengan diri kita,
Maka apakah Anda akan tetap bersikukuh
mengikuti aturan main permainan di atas papan catur?
Jelas Anda akan keluar
sebagai pihak yang kalah melawan mereka yang tidak menghormati aturan main yang
ada.
Kesemua ini bukanlah perihal
adil atau tidak adil,
Jahat ataukah baik,
Benar ataukah keliru,
Bengkok ataukah lurus,
Sehat ataukah rusak,
Akan tetapi perihal asas
resiprositas atau resiprokal,
Yang bermakna saling
bertimbal-balik.
Orang-orang yang bersikap
jujur terhadap diri kita,
Sudah layak dan sepatutnya
diperlakukan secara jujur.
Itu menjadi hak orang-orang jujur,
Yakni diperlakukan jujur.
Orang-orang yang tidak pernah
menyakiti ataupun merugikan orang lain,
Akan murka ketika dirinya
disakiti ataupun dirugikan oleh orang lain,
Oleh sebab diri mereka
memiliki hak untuk tidak disakiti ataupun dirugikan oleh pihak-pihak lainnya.
Ada dua jenis manusia yang
berdelusi,
Yakni mereka yang setelah
berbuat kejahatan lantas mengharap menerima kebaikan atau bahkan dimasukkan ke
alam surgawi setelah kematian mereka,
Serta mereka yang membalas
kejahatan dengan kebaikan, dengan harapan si pelaku kejahatan akan menghentikan
kejahatannya terhadap diri kita.
Karenanya pula,
Orang-orang baik bukanlah
untuk dijadikan “mangsa empuk”,
Namun untuk dilestarikan
dengan diperlakukan secara baik.
Orang-orang baik memiliki hak
untuk diperlakukan secara baik oleh pihak-pihak lainnya.
Selayaknya seperti Hukum
Karma,
Sifatnya netral saja,
Tidak baik dan tidak buruk,
Hukum Karma hanya memberi
balasan yang setimpal atas perbuatan para pelakunya,
Dimana Hukum Karma merupakan “sistem
merit” itu sendiri,
Siapa yang menanam apa,
Dan siapa yang layak
mendapatkan apa.
Katakanlah Hukum Karma tidak
memberikan “reward and punishment”,
Namun sekadar memberikan “reward”,
Yakni perbuatan yang sama
seperti perbuatan sang pelaku itu sendiri,
Bagaikan pantulan cermin,
Si pembuat kejahatan akan
memetik dan diberikan “reward” berupa
diperlakukan jahat oleh orang jahat lainnya.
“Reward” akan diberikan kepada siapa yang layak mendapatkannya,
Baik itu berupa perbuatan
baik maupun perbuatan buruk.
Sehingga,
Kesemua ini bukanlah perihal
turut menjadi orang jahat seperti para orang jahat yang berbuat jahat kepada diri
kita,
Namun bersikap rasional,
Yakni memberikan balasan secara
setimpal,
Terhadap apa yang memang
sudah selayaknya diberikan,
Tidak terkecuali bersikap
adil terhadap diri kita sendiri.
© Hak Cipta HERY SHIETRA.