Banyak diantara kita,
Yang terlena dan berlarut-larut
dalam kegembiraan maupun kesenangan yang ditawarkan oleh hidup,
Sekalipun mereka tahu dan
menyadari bahwa itu hanya temporer saja sifatnya,
Sebelum kemudian menjerat
kita dalam kemelekatan,
Tetap saja mereka senang dibodohi oleh kehidupan,
Seolah-olah mereka yang
sedang menunggangi kehidupan,
Bukan sebaliknya,
Kehidupan yang memperbudak
mereka,
Dimana mereka merasa tidak berdaya
menerima kenyataan dan mengikuti arus yang ada,
Tanpa pilihan lain.
Apakah engkau mengetahui,
Mengapa saya disebut sebagai
seorang perusak kegembiraan?
Sebagai seorang yang melawan
arus,
Dalam rangka menyadari
kehidupan secara jujur dan apa adanya,
Sepasang suami-istri yang
melahirkan seorang bayi munyil yang manis,
Alih-alih kuberikan ucapan
selamat berbahagia, karena kini mereka menjadi orangtua dan mendapatkan seorang
anak yang telah lama mereka idamkan,
Kukatakan pada mereka bahwa mereka
harus siap-siap berduka,
Karena sang bayi kelak akan
menderita usia tua, sakit, dan mati,
Serta tanpa jaminan apapun
sang anak akan hidup hingga tua,
Tidak cacat,
Tidak bodoh,
Juga tidak berperang melawan
orangtuanya sendiri.
Kelahiran sama artinya
persiapan menuju pemakaman dan kematian.
Itulah sebabnya,
Orang-orang tidak pernah
mengundang saya untuk menghadiri momen-momen kelahiran seorang bayi.
Apakah engkau mengetahui,
Mengapa saya disebut sebagai
seorang perusak kegembiraan?
Sebagai seorang yang melawan
arus,
Dalam rangka menyadari
kehidupan secara jujur dan apa adanya,
Ketika seseorang meninggal
dunia,
Alih-alih menyatakan turut berduka-cita
kepada sanak-keluarga yang ditinggalkan oleh sang almarhum,
Kukatakan kepada mereka agar
bergembira,
Sebab almarhum akan terlahir
kembali,
Jika perlu mereka berpesta untuk
merayakan ulang tahun ke-NOL dalam wujud balita yang lahir dari rahim wanita
lainnya diluar sana,
Dan akan kembali mengulang
acara ulang tahunnya yang kesatu, kedua, dan seterusnya.
Mengapa mereka justru
bersedih ditinggal mati oleh anggota keluarga mereka?
Itulah sebabnya,
Orang-orang tidak pernah lagi
mengundang saya untuk menghadapi acara pemakaman.
Apakah engkau mengetahui,
Mengapa saya disebut sebagai
seorang perusak kegembiraan?
Sebagai seorang yang melawan
arus,
Dalam rangka menyadari
kehidupan secara jujur dan apa adanya,
Ketika orang-orang berpesta dengan
meminum minuman beralkohol yang memabukkan,
Yang mereka anggap untuk
memeriahkan suasana,
Alih-alih turut meminumnya,
Kukatakan pada mereka bahwa
jika mereka termasuk satu dari sepuluh persen populasi manusia dengan kode
genetik kecanduan,
Maka mereka akan menjadi
pecandu yang mencandu alkohol untuk seumur hidup mereka,
Betapa alkohol melemahkan
kesadaran,
Dan betapa kesadaran yang
lemah dapat membuat seseorang menyakiti orang lain maupun dirinya sendiri,
Betapa menyakiti diri sendiri
ataupun orang lain hanya akan berbuah penyesalan dikemudian hari,
Betapa menjadi pecandu alkohol
hanya akan merusak kesehatan,
Betapa menjadi pecandu
alkohol adalah tindakan yang egois,
Dan betapa bodohnya orang-orang
yang rela menjadi budak alkohol dan terbudaki untuk seumur hidupnya,
Betapa kecanduan sama artinya
siksaan abadi terjajah dalam kondisi ketergantungan yang hanya akan merampas
kebahagiaan dan kedamaian hidup.
Itulah sebabnya,
Orang-orang tidak pernah lagi
mengundang saya dalam pesta.
Apakah engkau mengetahui,
Mengapa saya disebut sebagai
seorang perusak kegembiraan?
Sebagai seorang yang melawan
arus,
Dalam rangka menyadari
kehidupan secara jujur dan apa adanya,
Ketika sepasang kekasih
melangsungkan pernikahan pada hari yang sudah lama mereka tunggu dan persiapkan
dengan banyak sumber daya,
Sebuah resepsi pernikahan,
Untuk membangun rumah-tangga
sebagai sepasang suami-istri,
Maka alih-alih kuberikan
ucapan selamat menikah bagi kedua mempelai tersebut,
Kukatakan kepada mereka bahwa
mereka telah menjerumuskan diri ke dalam derita seorang suami dan derita
seorang istri,
Sebelum kemudian mengalami
sendiri derita sebagai orangtua,
Ataupun derita sebagai kakek
dan nenek yang harus merawat cucu,
Belum lagi, tiada jaminan
anak dan cucu akan merawat mereka ketika mereka telah lanjut usia dimana mereka
bahkan harus berjalan dengan bantuan tongkat.
Sebaliknya,
Saya hanya mengalami derita seorang
bujangan,
Karenanya turut prihatin bagi
pasangan mempelai baru ini.
Itulah sebabnya,
Orang-orang tidak pernah lagi
mengundang saya pada acara semacam resepsi pernikahan.
Apakah engkau mengetahui,
Mengapa saya disebut sebagai
seorang perusak kegembiraan?
Sebagai seorang yang melawan
arus,
Dalam rangka menyadari
kehidupan secara jujur dan apa adanya,
Ketika seseorang mengeluh karena
harus terbaring sakit di rumah sakit,
Dimana orang-orang yang
berkunjung mengucapkan turut merasa prihatin,
Justru kukatakan kepadanya,
bahwa ia harus berkata kepada dokternya, “Dokter,
ada yang BERES dengan diri saya, saya SAKIT!”
Memang sudah seharusnya
begitu,
Adalah normal jika kita
mengalami sakit.
Siapa suruh, kita terlahir kembali
sebagai seorang manusia,
Lengkap dengan derita seorang
manusia,
Yang cepat atau lambat akan
mengalami usia tua, sakit, dan meninggal dunia.
Itu semua merupakan
konsekuensi terlahir sebagai seorang manusia.
Itulah sebabnya,
Mereka yang sedang sakit akan
keberatan ketika saya hadir dalam kunjungan.
Apakah engkau mengetahui,
Mengapa saya disebut sebagai
seorang perusak kegembiraan?
Sebagai seorang yang melawan
arus,
Dalam rangka menyadari
kehidupan secara jujur dan apa adanya,
Ketika masyarakat mengeluhkan
kondisi ekonomi yang memburuk maupun kondisi alam atau kondisi sosial yang
tidak ramah terhadap warga penghuninya,
Maka alih-alih menampilkan
wajah prihatin,
Dengan nada datar dan wajah tanpa
ekspresi,
Kukatakan pada mereka, “Segalanya berubah, tiada yang kekal. Hidup
adalah derita. Praktik latihan melepas dan keterpenuhan hati, sebagai jalan
menuju bebas dari derita. Tiada yang bernama AKU. Lepaskan genggaman dan delusi
itu.”
Itulah sebabnya,
Orang-orang tidak pernah
berminat meminta pendapat ataupun komentar dari saya.
Apakah engkau mengetahui,
Mengapa saya disebut sebagai
seorang perusak kegembiraan?
Sebagai seorang yang melawan
arus,
Dalam rangka menyadari kehidupan
secara jujur dan apa adanya,
Ketika orang-orang mengkampanyekan
dan mempromosikan agama langit,
Yang menjanjikan janji-janji dan
angin surgawi,
Seolah-olah Tuhan lebih PRO terhadap
PENDOSA,
Seolah-olah PENDOSA dapat
masuk alam surgawi,
Maka dengan ringan saja
kuberi tanggapan,
Lalu, bagaimana dengan nasib
para KORBAN dari para PENDOSA tersebut?
Apakah dengan bersatunya para
PENDOSA yang kotor dan ternoda, dengan Tuhan yang murni dan suci di surga,
Tidak justru akan mencemari
keagungan dan kemuliaan Tuhan?
Memuliakan Tuhan,
Apakah dengan menjadi manusia
yang mulia,
Ataukah dengan menjadi
manusia yang PENJILAT serta BERDOSA penuh dosa?
Bukankah penjahat yang paling
beruntung,
Ialah penjahat yang selalu gagal
ketika hendak berbuat jahat?
Bukankah penjahat yang paling
beruntung,
Ialah penjahat yang selalu
berhasil melancarkan niat dan aksi kejahatannya?
Bukankah hanya seorang
pemalas,
Yang tidak mau merepotkan diri
menanam benih perbuatan baik,
Dan hanya tahu meminta,
memohon, serta mengemis-ngemis sesuatu dijatuhkan dari langit?
Bukankah hanya seorang
pengecut,
Yang tidak berani bertanggung-jawab
atas setiap perbuatan buruk dan jahatnya,
Dan dengan korup mengharapkan
agar dosa-dosanya dihapuskan?
Apakah engkau mengetahui,
Mengapa saya disebut sebagai
seorang perusak kegembiraan?
Itulah sebabnya,
Orang-orang tidak berminat
menyiarkan “kabar baik” sebagaiman diwartakan agamanya, yang selama ini telah
banyak berhasil menjaring umat-umat bodoh.
Masalahnya ialah,
Saya tidak sebodoh mereka.
Sebagai seorang yang melawan
arus,
Dalam rangka menyadari
kehidupan secara jujur dan apa adanya,
Ketika orang-orang jungkir-balik
semata agar dapat merebut hati seorang gadis yang cantik,
Kukatakan padanya bahwa ia
adalah pria yang dungu,
Mengapa ia begitu
bersusah-payah melakukan segala pengorbanan,
Semata agar dapat mendapatkan
pacar ataupun kekasih?
Apakah kotoran dari sang
kekasih,
Adalah harum baunya ataukah
menjijikkan?
Apakah sang kekasih,
Tidak akan menjadi tua dan
jelek serta ompong giginya?
Apakah ada jaminan,
Sang kekasih tidak akan
menggugat cerai atau bahkan berselingkuh?
Apakah ada jaminan,
Orang-orang yang kita kasihi tidak
akan mati muda?
Ia hanya menyukai sebatas
kulit seorang manusia.
Cobalah renungkan,
Dibalik kulit itu hanya ada
daging dan darah yang mengerikan,
Cobalah kuliti kulit sang
gadis,
Apakah ia masih akan
menyukainya?
Bayangkan bila sang kekasih
menampilkan tengkorak dan kerangka tulangnya,
Masihkah ia merasa tertarik?
Bayangkanlah organ-organ dalam
tubuh sang gadis,
Berisi paru-paru, ginjal,
lambung, usus, bola mata, lemak, pankreas, hati, deretan gigi, urat nadi,
Kesemua itu berbau busuk,
berlendir, dan menjijikkan.
Konon, mayat seorang manusia
adalah yang paling busuk baunya.
Manusia,
Dipenuhi oleh kekotoran batin
berupa keserakahan, emosi negatif, dan kebodohan batin.
Bukankah kita sudah cukup
disibukkan oleh berbagai perilaku irasional diri kita sendiri?
Mengapa kita harus menambah
beban satu orang manusia lagi untuk kita pikul dan tanggung?
Masihkah engkau tergila-gila pada
manusia lainnya,
Dan terobsesi untuk
menjadikannya kekasih?
Itulah sebabnya,
Para gadis tidak pernah mau
membuang waktu untuk mendekatkan dirinya dengan saya,
Dan saya pun tidak pernah mau
buang-buang waktu berdekatan dengan mereka.
Kini engkau telah mengetahui,
Mengapa saya disebut sebagai
seorang perusak suasana maupun kesenangan orang lain.
Karena saya memang berbeda
dengan orang pada umumnya,
Yang tidak mau mabuk oleh
kegilaan dunia ini,
Yang ingin semata berjalan di
jalan yang rasional,
Sebuah jalan yang sepi,
Hening,
Cocok untuk kontemplasi dalam
ketenanangan meditatif,
Mencari pencerahan,
Menuju keterbebasan
sepenuhnya,
Melepaskan diri dari jeratan lingkaran
samsara.
Seperti kata Sang Buddha,
Ketika tiada orang yang
sepadan dengan kita dari segi kebijaksanaan,
Maka beranikan dirimu untuk berjalanlah
seorang diri,
Tidak perlu mencemari diri kita
dengan lingkungan pergaulan yang mengumbar kebodohan dan kekotoran batin,
Agar kita tetap murni dan
bersih,
Tanpa membiarkan diri kita ternodai
noda dunia.
Dalam rangka menyadari
kehidupan secara jujur dan apa adanya,
Kini engkau bisa memahami,
Mengapa Sang Buddha pernah
bersabda,
Bahwa apa yang menurut banyak
orang pada umumnya dianggap sebagai suatu kesenangan,
Merupakan penderitaan di mata
seorang Buddha.
Semata karena dikusai oleh
kebodohan batin,
Orang-orang berpikir bahwa
kesemua itu adalah mainan kehidupan yang menyenangkan dan layak untuk dimainkan
dan mengendalikannya,
Sekalipun sejatinya mereka
yang sedang dipermainkan dan dikendalikan oleh kehidupan,
Terpanggang dalam nafsu
keinginan,
Yang selalu mengecewakan,
Yang selalu berubah,
Yang selalu tidak memuaskan.
Hanya sejauh itu saja,
Apa yang bisa ditawarkan oleh
dunia ini.
Bahkan alam surgawi pun tidak
kekal,
Para dewata masih diliputi
ketidakpuasan dan derita para dewata,
Akan kembali meninggal ketika
Karma Baik mereka menipis dan habis.
Hanya dengan berjuang memutus
belenggu rantai Karma,
Barulah kita terbebaskan
sepenuhnya.
Namun,
Selalu ada harga yang harus
kita bayar untuk sebuah kebebasan,
Yakni praktik melepas.
Beranikah Anda?
Untuk apa bersikukuh
menggenggam sesuatu yang tidak dapat digenggam erat untuk selamanya?
Untuk apa terobsesi pada hal
yang sudah kita ketahui cepat atau lambat akan berubah dan harus berganti?
Karena bodoh,
Kita berdelusi dan menipu diri
sendiri,
Dan bersikukuh dengan
kebodohan kita sendiri.
© Hak Cipta HERY SHIETRA.