Tidak ada seorang pun yang
tahu secara pasti,
Apa yang akan terjadi di masa
mendatang.
Apapun dapat terjadi,
Tidak ada kepastian,
Dan tidak ada yang dapat menjamin.
Tidak ada seorang pun yang
tahu secara pasti,
Apa yang akan terjadi di masa
mendatang.
Apapun dapat terjadi,
Tidak ada kepastian,
Dan tidak ada yang dapat menjamin.
Orang Dungu namun Hendak Menghakimi Kaum Lainnya, Apa Jadinya?
Nabi Muhammad ANTI PUASA DOA “PENGHAPUSAN DOSA”, Sesibuk
Buat Dosa sebagai “Bussiness as Usual”
sang Rasul Allah
Bila Anda suka masakan dengan rasa asin, maka apakah menjadi aneh, bila ada orang lain yang justru menyukai rasa asam dan menghakiminya? Salah satu ciri orang yang tidak bijaksana, ialah miskin pengetahuan namun memiliki sifat dungu yang mendominasi gaya berpikirnya. Akibat arogansi, ia merasa dirinya tidak perlu meluaskan khazanah pengetahuan, berdelusi bahwa dirinya telah tahu segalanya meski faktanya bagai “katak dalam tempurung”.
MANUSIA SAMPAH, namun Berdelusi sebagai Kaum Paling Superior yang Merasa Berhak Menghakimi Kaum Lainnya
Question: Banyak kalangan muslim yang menghakimi kaum nonmuslim sebagai “setan”, karena merasa terganggu akibat polusi suara berdesibel tinggi dari suara speaker pengeras suara eksternal masjid. Memangnya ribuan tahun lalu di negeri padang gurun arab jauh di sana, ada yang namanya barang elektronik yang ditenagai oleh arus listrik semacam speaker ataupun toa? Bukankah yang kerap dikomplain oleh kalangan nonmuslim, ialah berisiknya speaker pengeras suara eksternal masjid itu? Akibat praktik beribadah kaum muslim yang begitu berisik serta norak, lalu lahirlah fenomena “sound horeg” yang tidak kalah mengganggunya seperti polusi suara speaker eksternal tempat ibadah para muslim itu. Anehnya, mengapa “sound horeg” diberi fatwa haram oleh muslim, namun speaker yang norak dan berisik semacam itu justru dihalalkan? Mengapa segala hal yang dilabel sebagai “islam”, menjadi “halal”?
Jika Tidak Ada Kebenaran Tunggal atau yang Mutlak Sifatnya, Maka Semua Orang hanya Boleh “BE SILENT”!
Bila Tidak Ada Kebenaran Tunggal, maka Tidak Ada
Surga maupun Neraka, juga Tidak akan Ada Vonis Pidana Penjara
Question: Ada yang menyatakan bahwa kebenaran itu tidak
tunggal sifatnya. Jika kebenaran memang tidak tunggal adanya, namun majemuk,
lantas bukankah itu artinya dunia ini digerakkan oleh hukum yang ambigu dan
kita harus berspekulasi sepanjang hari, dimana murid-murid ataupun ilmuan tidak
lagi dapat memproduksi sesuatu ataupun memecahkan masalah dengan rumus
matematika, hukum fisika, hukum kimia, ataupun ilmu-ilmu eksakta lainnya untuk
keperluan engineering yang membutuhkan
daya presisi tinggi?
Kalau begitu juga, bukankah artinya tidak boleh lagi ada orang yang dihukum penjara, juga tidak boleh lagi ada orang yang dimasukkan ke neraka, ke surga, ataupun ke penjara, karena segalanya menjadi “nisbi”, bila memang “tidak ada kebenaran yang tunggal” sifatnya? Mengapa juga, hakim (di pengadilan) saat memutus perkara, menyatakan bahwa terdakwa secara sah dan meyakinkan (seyakin-yakinnya) telah terbukti bersalah? Bukankah bila tidak ada yang namanya “kebenaran”, maka tidak ada yang namanya “bukti”? Bukankah istilah “bukti” maupun semacam “fakta persidangan”, merupakan lawan kata dari “rumor”?
Umat Muslim adalah Kaum OPORTUNIS yang Tidak Punya Pendirian dan Inkonsisten dalam Segala Hal, alias Tidak Punya Integritas Diri
Question: Oportunis artinya apa? Di satu sisi, kaum muslim selalu bilang serangan israel ke palestina bukanlah isu terkait agama, untuk menarik simpatik publik dan dunia. Tapi di sisi lain, mereka selalu bilang itu zionis, yahudi, para muslim di timur-tengah dan seluruh dunia harus bersatu melawan yahudi dan amerika, muslim dizolimi, organisasi islam OKI harus tegas dan keras menentang, mati sahid melawan yahudi, kutuk yahudi, dan sebagainya. Apa itu juga termasuk sikap oportunis?
Juru Selamat-nya PENJAHAT / PENDOSA, Juru Petaka-nya KORBAN
Question: Mengapa yesus kristus disebut sebagai juru selamat?
Se-Ideal dan Se-Baik Apapun Aturan Hukum Dibentuk,
menjadi Percuma Bila Pejabatnya (masih) Agamais Pemeluk AGAMA DOSA
Dogma KORUP Bernama “PENGHAPUSAN DOSA” Selalu Bundling dengan “DOSA-DOSA UNTUK DIHAPUSKAN”. Buat Dosa, Siapa Takut? Ada “PENGHAPUSAN DOSA”!
Question: Yang namanya prosedur, pastinya sejak semula dirancang dan dibuat untuk suatu tujuan tertentu yang memiliki dasar pemikiran yang baik, seperti untuk melindungi rakyat maupun warga sekitar, sehingga harus ada semacam AMDAl (analisis mengenai dampak lingkungan), izin mendirikan bangunan, izin penyedotan air tanah, izin tambang, izin gangguan, dan lain sebagainya. Namun mengapa ujung-ujungnya justru kesemua aturan yang baik itu menjelma bumerang dimana warga harus membayar sejumlah uang “pungli” (pungutan liar), kepada oknum-oknum yang memperkaya dirinya sendiri dengan cara memperjual-belikan izin-izin tersebut?
Orang Jahat Otomatis Masuk Neraka Sekalipun Sepanjang Hidupnya Sibuk Memohon PENGHAPUSAN DOSA
Question: Jadi orang baik, yang sepanjang hayat hidupnya menghindari perbuatan buruk dan disaat bersamaan rajin buat baik, apakah otomatis masuk surga, sekalipun tidak berdoa memohon dimasukkan ke surga dan sekalipun ateis?
Tidak Ada Orang Baik dalam Agama Islam, Muslim yang Baik Hati adalah OKNUM
Yang Ada dalam Islam Hanyalah PENDOSA PECANDU
PENGHAPUSAN DOSA (KORUPTOR DOSA)
Question: Bukankah masih ada juga, satu atau dua orang muslim yang baik orangnya?
Orang Dungu Cenderung Memakan dan Termakan Dogma-Dogma AGAMA DOSA
Question: Abraham atau Ibrahim, mau menyembelih leher anak kandungnya sendiri, Ishaq atau Ismail, demi ego pribadi sang ayah yang ingin bersetubuh dengan puluhan bidadari berdada montok di kerajaan Allah. Bukankah itu mirip orang buta, banyak para “agamais” di dunia ini yang justru memuji sang ayah yang lebih mirip psikopat-egoistik tersebut, bahkan merayakannya, menyanjungnya, menjadikannya “nabi”, memujinya, bahkan menirunya lewat praktik jahat bernama “pesugihan menumbalkan anak kandung sendiri”, alih-alih mencelanya, menghindarinya, mengutuknya, mencemoohnya, ataupun menjauhinya. Bisikan setan disebut bisikan Tuhan. Bahkan di Indonesia ada dikenal istilah “Juleha”, singkatan dari “Juru Sembelih HALAL”. Berlomba-lomba para “agamais” tersebut dituntun oleh dogma-dogma yang dengan akal sehat dan pikiran jernih saja kita bisa sadar dan tahu bahwa itu adalah ajaran yang “toxic”.
Allah Saja Lebih PRO terhadap PENJAHAT (PENDOSA) dengan Menghapus Dosa-Dosa para Bajingan-Biadab tersebut, Alih-Alih Bersikap Adil kepada Korban
Question: Mengapa hakim pada pengadilan di Indonesia, mudah sekali disuap sehingga hukum, keadilan, maupun putusan pengadilan diperjual-belikan dengan memenangkan ataupun membebaskan pihak yang jelas-jelas bersalah? Bukankah itu namanya merampas hak-hak maupun keadilan bagi pihak korban?
Lebih Hina daripada Pengemis, Pengemis Saja Mencari Makan Tanpa Merampas Nasi dari Piring Milik Orang Lain
Lebih Hina daripada Wanita Tunasusila, Wanita Tuna Susila
Saja Mencari Makan Tanpa Merampas Nasi dari Piring Milik Profesi Orang Lain
Question: Tidak sedikit orang-orang yang sudah punya banyak rumah, banyak tabungan, banyak kendaraan, banyak harta, namun masih juga bersikap seperti pengemis, meminta-minta dari orang yang sejatinya lebih kurang secara ekonomi daripada diri mereka. Bahkan, ada juga orang-orang yang sekalipun tergolong milioner, namun masih juga tanpa malu merampas hak-hak ekonomi orang lain yang sedang mencari nafkah, sehingga terkesan seolah hanya dirinya seorang saja yang berhak mencari nafkah tanpa mau menghargai hak orang lain untuk juga mencari nafkah. Mengapa bisa ada orang yang begitu tidak punya malu dan “sudah putus urat malunya” seperti itu?
Bahaya Dibalik Gaya Hidup Berbiaya Tinggi
Didik Anggota Keluarga Anda Hidup Rendah Hati dan
Sederhana, Paling Tidak Dimulai dari Diri Anda Sendiri sebagai Teladan bagi Putera-Puteri
Anda
Question: Kita tidak pernah tahu, apakah besok kita diputus hubungan kerjanya (PHK) oleh perusahaan, atau usaha kita bangkrut, terkena musibah sehingga kehilangan harta, atau bahkan kesehatan sehingga tidak lagi mampu bekerja secara optimal, dan sebagainya. Apakah tidak bahaya, ketika ada keluarga atau orangtua yang mendidik anak-anaknya hidup dengan gaya hidup berbiaya tinggi, dimana anak-anaknya tidak menjadi terbiasa dengan cara hidup sederhana? Tidak ada yang lebih mengerikan daripada mendidik putera-puteri kita gaya hidup berbiaya tinggi dengan senantiasa menuruti segala keinginan mereka untuk dibelikan ini dan itu, meskipun kita sanggup untuk membelikan mereka kesemua yang mereka inginkan.
Hanya AGAMA DOSA, yang Mempromosikan PENGHAPUSAN DOSA bagi Pendosa
Bung, Hanya Seorang PENDOSA yang Butuh PENGHAPUSAN
DOSA!
Segalanya HALAL dalam Islam, DOSA di-Bundling /
Komplomenter dengan PENGHAPUSAN DOSA, Sempurna (PERFECT CRIME)!
Question: Mengapa saya selalu merasa, kaum muslim selama ini merupakan para “munafik teriak munafik”? Setiap harinya mereka berdoa memohon agar dosa-dosa mereka diampuni atau dihapus, dan itu mereka ucapkan bahkan di speaker eksternal tempat ibadah mereka dan dipertontonkan lewat sinetron religi, tanpa rasa malu terlebih di-tabu-kan. Setiap hari raya idul fitri mereka pesta-pora “dosa-dosa setahun dihapuskan” sekalipun konsumsi mereka meningkat drastis selama bulan ramadhan, dan meninggal dunia pun sanak keluarganya lewat toa pengeras suara mengumandangkan doa-doa permohonan “penghapusan dosa” bagi sang almarhum pendosa. Tampaknya, Tuhan mereka lebih PRO terhadap pendosa daripada bersikap adil terhadap kalangan korban. Itu “agama suci” ataukah “agama dosa”, kok begitu banget yang menjadi idaman, harapan, atau dambaan para “agamais” tersebut?
Pendosa Jelas Berminat pada Ajaran Korup Bernama PENGHAPUSAN DOSA
KORUPTOR DOSA Manakah, yang Tidak Tergiur dan Memakan
serta Termakan Ideologi KORUP Bernama PENGHAPUSAN DOSA?
Question: Agama yang mengajarkan “pengahapusan dosa” (pengampunan maupun penebusan dosa, abolition of sins), adalah “agama dosa” bagi pendosa. Namun mengapa saat kini yang justru berkembang dan banyak umat pengikutnya, justru adalah “agama-agama dosa” tersebut yang mengkampanyekan ideologi korup bagi para “koruptor dosa” alih-alih mempromosikan gaya hidup higienis dari dosa?
Delusi para Muslim, SQ Jongkok dan IQ Tiarap namun Menuntut Dijadikan Polisi Moral dan “Standar Moral”?
PENDOSA PECANDU PENGHAPUSAN DOSA Mustahil Mencapai
Kesucian, Mereka justru Kian Tenggelam dalam Jurang Nista dan Kubangan Dosa
Question: Apa dasar atau sebabnya, kaum muslim selalu bersikap seolah-olah mereka-lah satu-satunya kaum paling superior yang memonopoli kapling di alam surgawi, yang juga berhak menghakimi kaum lain serta menjadi “polisi moral”? Banyak muslim yang melecehkan dan memandang rendah fungsi IQ, lalu mengklaim bahwa yang terpenting di dunia ini ialah SQ semata alias “iman”.
Yang Hidup dari Pedang, akan Mati karena Pedang.
Muslim yang Hidup dari PENGHAPUSAN DOSA, akan Mati oleh Muslim Lain yang Hidup dari
PENGHAPUSAN DOSA
Umat Muslim Itu Sendiri yang Paling MERUGI Masuk dan Memeluk Agama Islam
Question: Mengapa umat muslim, menyebut kaum NON sebagai kaum paling “merugi”, maksudnya apa?
Apalagi Tuhan, Anda Saja Tidak Akan Memberikan Kepercayaan kepada Manusia PECANDU PENGHAPUSAN DOSA
Question: Apakah mungkin terjadi ataukah sebaliknya, manusia-manusia yang selama hidupnya tidak jarang menyakiti, melukai, maupun merugikan orang-orang lainnya, bisa masuk surga dan bersatu dengan Tuhan yang katanya “maha murni”, hanya karena dihapus dosa-dosanya berkat menyembah Tuhan? Bukankah itu menyerupai dipersatukannya noda atau kotoran ke dalam sesuatu yang steril sifatnya, alias hanya mencemari?
Hanya orang dungu, yang memakan dan termakan ajaran islam. Banyak kalangan muslim, yang akibat dungu, bahkan masih juga berdelusi bahwa islam adalah “Agama SUCI”. Faktanya, cukup dengan “pikiran jernih” dan “akal sehat milik orang sehat”, kita akan tahu bahwa islam adalah “Agama DOSA”.
DEWA TIDAKLAH KEKAL, Dewa Tetap akan Meninggal dan Berpotensi Jatuh Lahir Kembali ke Alam NERAKA
Question: Tujuan akhir dari umat agama samawi seperti islam dan nasrani, ialah surga. Bagaimana dengan tujuan akhir dari agama Buddha?
Yesus Lahir di Kandang Ternak, Mati di Kayu Salib Bersama Kedua Penjahat dengan Hanya Memakai Secarik Celana Dalam, Namun Hendak Menolong Umat Manusia?
Yesus Sungguh Malang dan Patut Dikasihani, Hendak
menjadi “Pahlawan Kesiangan” namun Bahkan Gagal Menolong Dirinya Sendiri
Question: Yesus lahir di kandang tempat tinggal hewan ternak. Bagaimana dengan Buddha, apakah setragis nasib Yesus?
Mari kita bermain “permainan logika” berikut, yang telah kami rancang khusus untuk menguji tingkat SQ sekaligus IQ Anda, agar Anda bisa mengetahui kaitan erat antara IQ dan tingkat SQ seseorang.
Ada
agama yang bernama Agama Malsi, ajarannya seperti ini:
- “Saya diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan ‘TIDAK ADA TUHAN SELAIN HALLA DAN BAHWA DAMMAHUM RASUL HALLA, menghadap kiblat kami, memakan sembelihan kami, dan melakukan talahs dengan kami. Apabila mereka melakukan hal tersebut, niscaya kami diharamkan MENUMPAHKAN DARAH dan MERAMPAS HARTA mereka.”
Minum alkohol, dibilang haram.
Tapi,
mabuk serta kecanduan PENGHAPUSAN DOSA, dibilang halal.
Itu
“Agama SUCI” ataukah “Agama DOSA”?
Jujur, saya heran, dimana letak “SUCI”-nya dari Kitab yang justru mempromosikan PENGHAPUSAN DOSA bagi PENDOSA berikut—kesemuanya dikutip dari Hadis Sahih Muslim:
Ada seorang muslim yang selalu berteriak-teriak “HUKUM MATI KORUPTOR! POTONG TANGAN PENCURI!”
Si
dungu itu tidak sadar, bahwa dirinya sendiri adalah KORUPTOR itu sendiri yang
setiap harinya MABUK dan MENCANDU ideologi KORUP bernama iming-iming
“PENGHAPUSAN / PENGAMPUNAN / PENEBUSAN DOSA”.
Bung, hanya seorang PENDOSA yang butuh “PENGHAPUSAN DOSA” ataupun istilah korup sejenis lainnya (abolition of sins).
Konon, menurut agama-agama samawi, puluhan nabi telah pernah diutus oleh Allah, namun telah ternyata GAGAL TOTAL menghapus satupun maksiat paling primitif yang dikenal dalam sejarah umat manusia.
Mulai
dari berjudi, berkata kasar, memfitnah, berbohong, menipu, memerkosa,
menganiaya, membunuh, selingkuh, berzina, mencuri, merampok, mabuk, dan lain
sebagainya—kejahatan-kejahatan mana sudah sejak ada sejak peradaban manusia
dimulai.
Pernahkah Anda bertanya : Apa penyebabnya?
Sungguh picik serta naif—bila tidak dapat disebut sebagai negarawan yang “kerdil” perspektif berpikirnya—ketika masyarakat dipaksa untuk mencantumkan suatu agama tertentu dalam kolom “AGAMA” sebuah KTP (Kartu Tanda Penduduk) seorang warga.
Mungkin penyusun kebijakan maupun hakim Mahkamah Konstitusi berdelusi, bahwa agama yang mereka peluk adalah agama paling superior, karenanya nama agamanya perlu dicantumkan dalam KTP.
Apa jadinya, seekor “CACING” berdelusi bahwa dirinya adalah “NAGA YANG PERKASA”? Itulah, kaum yang merasa dirinya sebagai paling “superior”, namun “DELUSIF”.
Umat
agama samawi alias para PENDOSA PECANDU PENGHAPUSAN DOSA, sejatinya merupakan kasta
paling rendah, hina, busuk, buruk, dangkal, kotor, dan tercela—namun berdelusi
sebagai kaum paling superior.
Menurut Anda, apa jadinya bila kaum dari kasta budak, meledek kaum dari kasta bangsawan sebagai “miskin”? Yang “konyol” disini, siapakah?
Dimana letak “maha kuasa”-nya, bila Tuhan butuh perantara “lidah” bernama nabi, yang dalam bahasa Inggris diistilahkan sebagai “the messenger”?
Disini,
kita akan memandangnya dari dua sisi. Pertama, untuk berkomunikasi dengan umat
manusia, Tuhan butuh Nabi—alias sang nabi memonopoli lidah Tuhan.
Kedua, untuk berkomunikasi dengan Tuhan, umat agama samawi butuh seorang Nabi. Sehingga, doa-doa para umat agama samawi selama ini, tidak ada satupun yang tersampaikan kepada Tuhan.
Ada
umat kristen yang membuat komentar dalam channel youtube kami:
ini
channel sakit hati atau apa ya??...kenapa terkesan menyerang keyakinan umat
Kristen ,bukan umat Hindu, budha, konghuchu??..atau Islam??..ada apa dengan
anda pemilik channel??
Oke
sekarang saya cuma mau tanya begini?..
1.Apakah
anda penganut Buddhist?
2.
Apakah dalam budhist ada ajaran bahwa manusia terlahir sudah berdosa?...
3.
Bagaimana ajaran Budhist apakah ada penghakiman di hari kiamat?
4. Bagaimana orang budha yang berdosa dapat
menghapuskan dosa dosanya? bagaimana atau apa yang dilakukan
5
Apa tujuan hidup dari manusia dalam budhist..
6.Apakah
budha mengajarkan anda untuk membenci atau mengkritik ajaran umat agama lain??
7 Siapa manusia pertama yg diciptakan menurut
Budha?
8.
Apakah Budha berfikir bahwa dirinya dapat menyelamatkan dirinya dari neraka
dengan hanya berbuat baik terhadap orang lain?
Mohon
dijelaskan. satu persatu sesuai pertanyaan saya
Terima kasih atas perhatiannya.
Di mata kawanan orang jahat, rekan / kawan jahatnya yang berhasil berbuat kejahatan besar, akan dipuji dan dikatakan sebagai hebat, dan memberinya penghormatan karena telah membuat “prestasi” besar.
Orang
jahat, menurut Sang Buddha, ibarat “orang buta”, yang tidak mampu membedakan
mana yang buruk dan mana yang baik, mana yang terpuji dan mana yang tercela.
Anda
tahu, bagaimana sejarah cikal-bakal praktik jahat semacam PESUGIHAN?
PESUGIHAN, bukanlah WHITE MAGIC, namun BLACK MAGIC. Atas dasar apakah?
Tidak banyak orang yang menyangka, bahwa dengan mengakui bahwa “hidup adalah DUKKHA”, mampu membuat hidup kita setidaknya lebih damai, sejuk, teduh, dan tenteram—tanpa lagi dikuasai oleh kegelisahan tanpa ujung pangkal.
Dogma
sebaliknya, yang diajarkan oleh agama samawi, bahwa “hidup adalah NIKMAT”,
justru ibarat “menyiram bensin ke dalam bara api yang sedang menyala” atau
ibarat “meminum air laut untuk melepaskan dahaga”.
Untuk mencari obat “pelipur lara”, bukan dengan memungkiri kenyataan dan realita yang mengikat seluruh makhluk yang masih terkondisikan, yakni hukum mengenai segalanya ialah : selalu berubah, dukkha, dan tiada inti diri.
Agama yang OPTIMISTIK mengajarkan,
setiap orang yang baik dapat masuk surga, tanpa terkecuali, sekalipun Ateis.
Sebaliknya, agama yang PESIMISTIK
mengajarkan, hanya seorang “PECANDU PENGHAPUSAN DOSA” dan yang “menggadaikan
otaknya demi iman setebal tembok beton yang tidak tembus oleh cahaya ilahi
manapun”, yang memonopoli surga.
Mengapa ada orang yang justru memilih memeluk agama yang PESIMISTIK?
Even though we find disappointment in life,
But we do not escape into intoxicating liquor.
That is what is called mental power.
Even though we are treated badly by others,
But we do not participate in treating ourselves badly.
That is what is called mental power.
Memuliakan Tuhan, adalah dengan cara menjadi manusia yang mulia—bukan dengan menjadi seorang “pendosa penjilat penuh dosa” yang mencandu “PENGHAPUSAN DOSA”.
Bung, hanya seorang
PENDOSA, yang butuh “PENGHAPUSAN DOSA”.
Jadilah umat “Agama
SUCI” ataupun “Agama KSATRIA”, jangan menjadi umat pemeluk “Agama DOSA” yang
mempromosikan “PENGHAPUSAN DOSA” (bagi PENDOSA, tentunya) alih-alih
mengkampanyekan gaya hidup higienis dari dosa.
Menjadi Kafir, adalah “berkah / anugerah terbesar”. Atas alasan apakah?
Apa yang dimaksud dengan “hidayah”?
Mengapa kaum muslim, begitu delusif
dengan merasa dirinya merupakan kaum paling superior, yang berhak menghakimi
kaum lain seakan “polisi moral” yang sudah “bermoral”?
Faktanya, mereka merupakan PECANDU “PENGHAPUSAN DOSA”—sekalipun, hanya seorang PENDOSA yang butuh PENGHAPUSAN DOSA—yang terlampau pemalas untuk menanam benih-benih Karma Baik dan disaat bersamaan terlampau pengecut untuk bertanggung-jawab atas perbuatan-perbuatan buruk mereka sendiri, alias kasta paling rendah, hina, kotor, tercela, buruk, busuk, ternoda, dan dangkal.
Cara Merdeka dari Kutukan Warisan Genetik Buruk Orangtua / Leluhur
Kita tidak bisa memilih, terlahir di keluarga yang seperti apa kualitas genetiknya. Penelitian terhadap Genom, menemukan adanya salah satu kromosom yang bertanggung-jawab atas sifat kriminil seseorang—yang konon, sifatnya diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Itu, menyerupai kutukan yang bisa jadi kita wariskan sejak dari nenek moyang kita.
Mencuri dan Berzina Saja Masuk Surga (Kabar Gembira bagi Pendosa), maka Apalagi Sekadar Mencandu Judol, Jud! Online?
Tidak Ada yang Lebih Berbahaya dan Meracuni Cara
Berpikir daripada Kencanduan dan Mencandu Ideologi Korup Bernama Iming-Iming
PENGHAPUSAN DOSA
Question: Katanya Bangsa Indonesia merupakan bangsa “agamais”, bangsa paling superior yang merasa berhak menjadi “polisi moral” dan menghakimi bangsa lain, memiliki SQ paling tinggi di dunia, rajin beribadah, ini dan itu serba di-haram-halal-kan, namun mengapa kini bisa terjadi fenomena sosial dimana hampir sepuluh juta penduduk Indonesia menjadi pemain aktif “judol” (jud! online)? Menjadi terlihat vulgar, betapa “munafikun”-nya bangsa “agamais” bernama Indonesia ini. Lalu, bagaimana cara mengatasinya?
BURUK WAJAH, JANGAN CERMIN DIBELAH
Superioritas yang Dibangun Diatas Pilar Rapuh Bernama
DELUSI DIRI
Question: Selama ini umat muslim bersikap seolah-olah kaum mereka paling superior, memiliki SQ setinggi langit, menjadi “polisi moral” yang berhak menghakimi pihak lainnya, merendahkan martabat maupun harkat kaum lain, meng-haram dan meng-kafir-kan golongan lain, ini itu disebut “haram” ataupun “halal”, berbicara besar perihal surga, neraka, Tuhan, dan ayat-ayat Kitab. Namun benarkah demikian, ataukah kesemua itu justru mencerminkan hal sebaliknya?
Terobsesi Meraih Gelar Akademik, maka Sejatinya Anda hanya Memperkaya Pelaku Usaha Industri Pendidikan TInggi
Question: Sebenarnya saat kini, di era kontemporer dimana persaingan dan kompetisi diantara sarjana sudah begitu jenuh, sementara lapangan pekerjaan kian sempit akibat faktor kecanggihan teknologi maupun robotik dan kecerdasan buatan (AI, artificial intelligence) yang sedikit banyaknya telah menggantikan fungsi “tenaga kerja manusia”, padat modal alih-alih padat karya, apakah masih relevan belajar pengetahuan ataupun keterampilan di bangku pendidikan formal berupa sekolah maupun perguruan tinggi? Itu semua ibarat “membeli” izasah, namun telah ternyata izasah tidak menjamin kita akan menemukan hidup makmur.
DEMI KESEDERHANAAN Versus DEMI KESENANGAN INDERAWI YANG TIDAK TERPUASKAN
Agama SUCI Vs. Agama DOSA
Question: Memangnya sejauh apakah, perbedaan antara agama Buddha dan agama Islam?