Ketika Karma Baik (Kebetulan) sedang Berbuah, Tidak
Tergoda untujk Bersombong Diri ataupun Menyalah-Gunakannya. Ketika Karma Buruk
sedang Berbuah, Tidak Terjebak dalam Rasa Rendah Diri dan Tidak Berputus Asa
Belajar Hukum Karma adalah untuk Introspeksi Diri,
Bukan untuk menjadi Hakim bagi Individu Lainnya
Yang Menghakimi Orang Lain, Kelak akan Dihakimi sebagai
Buahnya
Dalam sutta tentang “perenungan
untuk kerap kali kita lakukan”, Sang Buddha membabarkan tentang salah
satu petikan perihal Hukum Karma, yakni kita semua, tanpa terkecuali, baik
makhluk di alam neraka, alam setan, alam hewan, alam manusia, alam dewa, alam
brahma, terlahir dari perbuatan sendiri, berkerabat dengan perbuatan sendiri,
mewarisi perbuatan sendiri, serta
berhubungan dengan perbuatan mereka sendiri masing-masing. Yang menyakiti, akan
memetik buah disakiti di masa depan maupun kehidupan yang akan datang, pun
sebaliknya yang menolong maka akan ditolong dan tertolong. Sutta ini dikenal
seluruh umat Buddhist dalam tradisi Buddhistik Theravada di dunia, dengan
istilah dalam Bahasa Pali yang lebih dikenal sebagai “kamma yoni kamma bandhu”—selengkapnya “kamma·dāyādo. I am a heir to my kamma, ; kamma·yoni. I am born [in this
life] from my kamma, ; kamma·bandhu. I am the kinsman of my kamma”.